Mendaki Gunung Lawu (bagian 2)

 


Sabtu, 29 Agustus 2020

Kami, yaitu aku sendiri, istriku, Afif, Niken serta Erik (suami Niken) mulai pendakian gunung lawu via jalur cetho pada pukul 07.30. Pada kali awal pendakian aku baru menyadari dengan perbekalan yang dibawa oleh Niken dan Erik. Banyak dan pastinya berat sekali. Setelah aku tanya kenapa harus membawa sebanyak itu? Niken berkilah kalau porsi makannya Erik banyak, makanya dia bela-belain membawa bekal sebanyak itu. Oh ya sudah pikirku. Aku agak khawatir karena modus over weight seperti ini mengingatkanku ketika pendakianku ke gunung Penanggungan.

Memang sedari awal walaupun kami satu rombongan, untuk urusan logistik, peralatan dan shelter kami harus mempersiapkan sendiri-sendiri. Resikonya adalah memang di beban yang berat namun kami lebih memikirkan resiko yang lebih fatal. Misalnya kami terpisah kemudian ada hal-hal yang menghambat perjalanan sehingga masing-masing kami harus membuat shelter sendiri-sendiri. Sehingga walaupun kami berlima, total ada tiga tenda yang kami bawa.

(ki-ka) Niken, Erik, Aku, Afif, Istriku

di depan candi kethek

Perjalanan dari pos pendaftaran menuju pos 1 diawali dengan kawasan wisata candi cetho, kemudian disusul dengan perkebunan warga. Jalur masih relatif sangat landai sampai di kawasan candi kethek. Setelahnya akan tampak beberapa warung warga lokal yang berjualan minuman dan gorengan serta di depan warung dibangun sebuah kolam kecil dengan beberapa kamar mandi untuk pendaki. Nah setelah ini jalur mulai sangat terasa berat.

Yap! berat! karena selain harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan serta menemukan pola langkah dan nafas untuk berjalan juga karena jalurnya lumayan terjal dan hampir tanpa bonus. Beruntung vegetasi terbilang cukup rapat sehingga terik matahari tidak sampai mengganggu dan kontur jalur berupa tanah berundak memudahkan kami untuk mengatur pola langkah.

Dan apa yang aku khawatirkan menjadi kenyataan. Beban yang dibawa Erik mulai terasa. Berulang kali kami harus berhenti, selain untuk mengambil nafas juga kesempatan Erik untuk meletakkan beban berat tas di tanah. Tak terhitung berapa pendaki yang melewati kami. Tapi kami sih santai saja karena memang perjalanan harus dinikmati bukan?

Erik dan Niken

Berat tetapi tetap semangat

Sejenak beristirahat di pos 2

Di sepanjang perjalanan, kami bertanya-tanya. Kok tidak sampai-sampai di pos 1 sih? padahal menurut peta dengan estimasi waktu satu jam saja kita sudah sampai di pos 1. Eh setelah beberapa jam perjalanan rupanya kami sudah sampai di pos 2. Lah pos 1-nya mana? Memang sih di perjalanan kita menjumpai sebuah shelter sederhana gitu tetapi kami tidak mengira kalau itu adalah pos 1. Rupanya keadaan pos 1 sebenarnya dengan video yang kami tonton berbeda karena tengah direnovasi. Jadi kita sedikit bingung hehehe...

Oh iya! pada saat kami sampai di pos 2, pohon besar yang dikeramatkan ternyata sudah roboh tersambar petir.Sayang sekali.

Setelah cukup melepas penat kami mulai beranjak ke pos 3. Bila melihat peta yang diberikan dari pos pendaftaran rupanya jalurnya cukup terjal. Dan benar saja, jalur dari pos 2 ke pos 3 ini benar-benar membuat paha dan betis ngilu. Penggunaan trekking pole dan knee support benar-benar berguna sekali disini terutama bagi pendaki lemah sepertiku hehehe...Kami pun sempat berkelakar kenapa jalur ini tidak ada di video pendaki gunung di youtube agar kami bisa mengantisipasi? Ya karena boro-boro main rekam video! yang ada mereka fokus di jalur pendakian agar tidak tergelincir ^_^

Tepat tengah hari kami sudah sampai di pos 3. Dimana sumber air berada. Kondisi saat itu ramai luar biasa. Maklum selain weekend, juga banyak pendaki program open trip dengan jumlah rombongan puluhan orang. Hampir tidak ada tempat datar yang tersisa untuk kami beristirahat saat itu. Sehingga kami mau tidak mau harus nyempal-nyempil diantara pepohonan agar bisa duduk dengan nyaman. Oh iya! disini debunya luar biasa. Oleh sebab itu rencana kami makan siang di pos 3 ditunda dulu sampai dapat tempat yang nyaman.

nyempil di pepohonan

Tidak terlalu lama kami beristirahat di pos 3. Setelah mengisi air, kami melanjutkan perjalanan ke pos 4. Jalurnya sangat menguras tenaga. Selain sangat terjal, akar pepohonan juga menjadi bisa menjadi sandungan apabila kita tidak fokus saat melangkah serta debu di jalur pendakian membuat mau tidak mau kami harus memasang buff setiap saat. Di jalur ini juga sesekali terdengar deru angin yang sangat keras melebihi suara pesawat. Sudut elevasi yang sangat curam membuat kami harus berhenti tiap 10 langkah untuk sekedar mengambil nafas hehehe.....lemah!

Jam sudah menunjukkan pukul 14.00 siang, sadar kami belum makan siang membuat kami mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat. Setelah mendapatkan tempat yang lumayan lebar bahkan cukup untuk satu tenda, kami mulai berhenti dan mengambil bekal nasi bungkus yang sudah kami bawa dari basecamp. Menunya sangat sederhana cukup nasi putih dan telur mata sapi. Lah! entah karena sial atau kurang fokus, terjadilah tragedi "endog ngglundung" ehehehehe.....

Tragedi dimana telor ceploknya Afif terjatuh dari bungkusan nasi dan "ngglundung" ke bawah di tengah jalur pendakian. Beruntung ternyata Niken membawa lauk kering tempe yang lumayan banyak dan cocok untuk menambah selera makan siang kami serta menjadi lauk cadangannya Afif. Kelar makan siang, kami tiduran sebentar guna mengumpulkan tenaga mengingat jalur pendakian masih cukup panjang.

Lemah tak berdaya

Gas terus

Suasana jalur pendakian

Sekitar pukul 03.00-04.00 kami sampai di pos 4. Mengingat hari sudah hampir petang serta jarak yang masih jauh dari pos 5 tempat kami akan berkemah nanti, kami tidak terlalu lama berisitirahat di pos 4. Sejenak duduk sebentar kami langsung gas meluncur ke pos 5. Kondisi jalur dari pos 4 ke pos 5 hampir sama dengan jalur sebelumnya. Terjal dan curam. Terlebih di tanjakan terakhir sebelum bulak peperangan, benar-benar menguji mental.

Disini rombongan terpisah menjadi dua kelompok, aku dan istri serta Afif, Niken dan Erik. Aku dan istriku berjalan duluan. Tujuan kami mendahului mereka adalah untuk mencari tempat kami nanti akan mendirikan tenda di pos 5.

Di kawasan bulak peperangan hari sudah gelap. Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 saat kami sampai di pos 5. Dengan buru-buru kami segera mendirikan tenda agar kami bisa segera beristirahat dan berganti pakaian yang layak untuk menahan suhu yang turun secara mendadak. Setengah jam kemudian Afif, Niken dan Erik datang, untuk kemudian segera menyusul mendirikan tenda masing-masing. Saat mendirikan tenda, frame vestibule tendanya Afif ada beberapa yang rapuh. Sehingga tidak dipasang karena apabila tetap dipaksakan pasti akan patah. "Ah bodo amat!" kata Afif, yang penting tenda sudah berdiri dan bisa istirahat walaupun flysheetnya terpasang nggak karu-karuan hehehehe....

Bersambung ke bagian 3



Komentar