Memulai pendakian jam 10 pagi bahkan lebih tampaknya menjadi sebuah kewajaran di gunung semeru. Maklum saja karena administrasi pendakian disini lebih rumit dibandingkan dengan gunung yang lain berikut juga kegiatan briefing pendakian oleh petugas terkait materi pendakian yang sangat lengkap dan detail serta dilakukan secara bergantian terlebih saat pandemi. Tentu tidak ada yang keberatan karena sejatinya hal ini memang sebagai langkah antisipasi agar pendakian yang dilakukan bisa berjalan dengan lancar dan kembali dengan selamat. terutama bagi pendaki yang ingin menggapai puncak mahameru. Sekedar info saja bahwa asuransi keselamatan pendakian hanya berlaku sampai titik pos kalimati saja.
Aku, fais dan excel beruntung karena kami bisa menyelesaikan segala administrasi lebih cepat sehingga kami bisa lebih dahulu berangkat. Dengan ketentuan dua hari satu malam mau tidak mau membuat kami harus mengatur jadwal sedemikian padat walaupun fisik mau tidak mau harus dipaksa lebih keras. Dengan berangkat lebih dahulu minimal target kita sampai di pos kali mati sebelum malam menjelang bisa terpenuhi. Setelah selesai sarapan pagi, memarkir kendaraan dan ricek perlengkapan lagi kami memulai pendakian.
Di pendakian gunung manapun, trek terberat adalah trek di awal yaitu dari basecamp menuju ke pos 1. Begitu juga dengan di semeru. Dengan kontur jalan berupa paving yang sudah rusak dan sempit, ditambah pula dengan sinar matahari yang menyengat membuat trekking menjadi sedikit lebih berat. Iya sedikit! karena jalur antara basecamp dan pos 1 masih terbilang sangat landai dengan beberapa tanjakan yang tidak terlalu terjal. Keputusanku mengenakan celana pendek sebagaimana pendakianku terakhir di gunung lawu rupanya keputusan yang salah. Aku lupa, hari ini masih hari kedua gunung semeru kembali dibuka setelah satu tahun ditutup. Semak belukar sepanjang perjalanan cukup tinggi dan sangat mengganggu. Risih dan gatal. Tetapi karena nanggung dan tidak ada tempat yang representatif untuk berganti celana panjang, ya sudah! anggap saja goresan-goresan ilalang sebagai ucapan selamat datang di gunung semeru. Halah! hehehe
Setelah kira-kira satu jam atau lebih, sampai juga kita di pos satu. Seperti biasa, selain kami beristirahat, kami sempatkan juga berbincang-bincang dengan pendaki lain. Namun sayangnya kali ini para penjual di pos tidak ada, padahal sedari awal pendakian target kami adalah mencicipi buah semangka khas gunung semeru sembari basa-basi menghabiskan waktu. Kelar menghabiskan separuh energy bar dan merapikan kembali peralatan dan perbekalan kami kembali melanjutkan perjalanan menuju ke pos 2.
Jalur dari pos 1 ke pos 2 juga masih terbilang landai, berbeda jauh dengan jalur gunung lawu via cetho dimana kondisi mulai dari basecamp sampai pos 5 terjal sekali dan hampir tidak ada bonus sepanjang perjalanan. Kondisi pos 1 ke pos 2 sangat bersahabat, tetapi jalurnya sangat panjang dan sempit. Bahkan aku sampai tidak menggunakan trekking pole karena seringkali tersangkut ilalang sisi jalan setapak. Beruntung vegetasi mulai lebat sehingga terik matahari tidak lagi mengganggu. Tidak terlalu berbeda, durasi perjalanan dari BC ke pos 1 dan pos 1 ke pos 2 hampir sama. Karena sedari awal kita memang berniat untuk touchdown di kalimati sebelum petang jadi ketika kita sampai di pos 2 dan pos 3 kita tidak terlalu lama-lama beristirahat.
Nah baru dari pos 3 menuju ke pos 4 lah jalur mulai menguji kami. Terjal! sangat terjal! baru beberapa langkah aku sudah kehabisan nafas. Melangkah lagi beberapa langkah kemudian istirahat lagi. Hadeh! lemah!! eh namun setelah beberapa saat jalur landai kembali dengan kontur naik turun. Bahkan lebih banyak jalur menurunnya. Ya enak sih! cuma aku berpikir ini pasti akan berat ketika kita kembali turun nantinya apalagi dengan kondisi fisik yang sudah pasti terkuras habis.
Namun segala kekhawatiran itu mendadak sirna tatkala dari kejauhan danau ranu kumbolo mulai terlihat. Indah sekali. Inilah alasan sebenarnya orang-orang masih ingin mengunjungi gunung semeru walaupun sudah berkali-kali. Kami seperti mendapatkan suntikan semangat lagi setelah beberapa jam berjalan mengelilingi punggungan perbukitan. Dengan cuaca yang sangat mendukung tentunya kesempatan ini tidak kami sia-siakan untuk mengambil gambar.
Sekedar informasi pada pendakian ini aku membawa tiga treeking pole. dua aku gunakan untuk treeking serta summit dan satunya sebagai tiang tenda. Sempat diketawain juga sih sama pendaki lain yang nampaknya sudah pro dan penganut konsep ultra light garis keras karena dia hanya membawa satu trekking pole saja tapi setelah itu dia kualat. Karena trekking polenya digunakan untuk tiang tendanya yang dari flysheet dengan bentuk piramid maka dia summit dengan bantuan frame tenda sebagai trekking pole. Bisa jadi dia menukar trekking pole dengan frame tenda karena frame tendanya tidak kuat sebagai tiang tenda apalagi saat dihantam angin.. Eh besok siangnya patah tuh frame saat dipakai summit hahahah...makanya jangan sok ngatain!
Ingat safety first bro! safety first!
Jam 1 dini hari hujan sudah mulai mereda. Gerimis tipis-tipis masih manyapu kawasan kalimati. Kami segera bersiap-siap untuk summit attack. Di tenda sebelah juga sudah mulai terdengar aktivitas pendaki. Aku mengisi perut dengan sepotong roti sekedarnya walaupun pengennya sih bikin energen apa gitu tapi gak sempat! Iya! mana sempat! keburu terlambat untuk summit nantinya. hehehe oh iya Tak lupa head lamp dan jas hujan siap kami kenakan.
Jam 2 kami dan mayoritas pendaki mulai melakukan summit attack. Sebetulnya ini sangat terlambat bila dibandingkan dengan jadwal pendakian yang ideal tapi daripada tidak sama sekali, maka kami harus menuntaskan pendakian kali ini. Diawali dengan vegetasi hutan yang sangat lebat dan kontur jalur yang terjal serta dinginnya malam berikut hujan membuat jalan kami , eh aku menjadi sangat lambat. Belum lagi kadar oksigen yang tipis membuat asmaku kambuh. Jadi mau tidak mau inhalerku aku keluarkan untuk membantu pernafasan. Benar-benar berat!
Banyak pita-pita baru sebagai penanda jalur. Ada pita yang mempertegas jalur lama ada juga pita yang menunjukkan perubahan jalur. Usut punya usut ternyata saat kawasan pendakian tertutup selama telah terjadi longsor di puncak semeru. Bahkan jalur summit ini sudah berbeda dengan jalur tahun kemarin. Bukti konkretnya adalah sudah tidak ada arcopodo di jalur summit kali ini.
Entah satu atau dua jam dari kalimati, medan sudah tidak lagi bertanah tetapi sudah mulai berpasir. Langit sudah mulai terlihat yang berarti kami akan segera beranjak dari kawasan hutan dan mulai memasuki kawasan jalur puncak mahameru. Di tengah-tengah kami beristirahat, si excel tiba-tiba bilang kalau dia kebelet boker. Ah ada-ada saja! Ya sudah, sama faiz disuruh cari tempat buat boker dulu daripada ditahan-tahan. Setelah beberapa menit mencari spot, excel kembali dan bilang "wes engko ae lah!" hadeeehhh......
Setelah istirahat dirasa cukup, kami mulai lagi perjuangan yang sesungguhnya yaitu mendaki puncak mahameru. Benar kata orang bila di jalur semeru, kita melangkah tiga langkah tetapi hanya dapat satu langkah karena longsor dan kembali lagi ke tempat semula. Bahkan ada satu kesempatan, aku duduk di batu yang lumayan besar buat istirahat, eh batunya ikutan melorot ke bawah. Di jalur ini penggunaan tracking pole wajib hukumnya serta cara berjalan kita tidak lurus ke atas tetapi agak menyerong atau zig zag kanan kiri agar lebih efektif.
Rasanya waktu berjalan dengan sangat lambat. Langkah juga semakin berat. Sangat berat. Ingin rasanya kupaksa kaki melangkah dengan cepat, tetapi tidak bisa. Tiap kali kaki menapak tanah, pasti bakal langsung tenggelam sampai mata kaki. Capek. Namun apabila aku berdiam diri untuk beristirahat cukup lama, hawa dingin langsung menusuk dan membuat kulit mati rasa. Jadi mau tidak mau aku harus terus bergerak walaupun lambat. Fais sudah agak jauh di atas, sedangkan excel mendampingiku.
Kemudian samar-samar sinar matahari mulai menerangi langit pagi itu. Puncak mahameru pun mulai terlihat jelas. Masih terlihat sangat jauh dan tenaga pun sudah habis rasanya. Ingin aku menyerah. Iya! Menyerah! tetapi kalo saykoji saja bisa sampai puncak, kenapa aku nggak? Hal inilah yang membuat semangatku tumbuh dan berkobar kembali. Lagi pula sangat amat sayang kalau aku tidak sampai puncak. Kapan lagi coba? usia juga sudah hampir 40 tahun ini dan ini adalah kali pertama aku kesini. Oke! harus sampai puncak!
Kira-kira pukul 8 pagi, aku sudah merapat ke tepi puncak mahameru. Walaupun bertemu dengan beberapa pendaki yang akan turun kembali semangat kembali berkobar. Tenaga kuperas habis-habisan. Dari atas terlihat fais memberi semangat. Dan akhirnya setelah melewati bebatuan besar akhirnya aku sampai juga di akhir perjalanan ini di puncak abadi para dewa dan atap pulau jawa, mahameru. Senang dan haru bercampur menjadi satu. Kemudian dengan langkah perlahan, aku menuju ke tiang bendera sebagai penanda puncak. Mematung aku di sana. Bangga!
bersambung
Smazing
BalasHapusHehehehe
Hapus